Minggu, 19 Oktober 2008

Satria FU 150 Vs FXR 150






FXR adalah produk Suzuki yang cukup jempolan pada masanya. Ia diproduksi di Malaysia sejak 1997 untuk pasar Eropa, Australia, dan Asia. Di Indonesia motor ini sekaligus menggantikan RGR 150, sportbike yang masih bermesin 2 tak. Di luar Indonesia, ia menggantikan seri RGV 125 yang juga bermesin 2 tak (ilham - Kafemotor.wordpress.com)
Sebenarnya tanpa disadari Suzuki Asia Tenggara juga telah meneruskan tradisi mahakarya yang telah dirintis oleh FXR. Yaitu dengan lahirnya suksesor dari Satria 120. Sebuah Mahakarya di millenium ke 2, Suzuki Satria 150 FU. Bebek jantan dengan performa Sportsbike. Agaknya ini merupakan kejelian dari bagian marketing Suzuki. Melihat permasalahan dari dua sisi yang berbeda namun berhasil mengatasi keduanya dengan sempurna
Sisi yang pertama adalah kualitas dan performa
Yang pertama disebut sama sekali bukan masalah pada Suzuki FXR. Berbagai jenis teknologi yang ada pada saat itu telah dijejalkan pada FXR - mulai dari oil cooler hingga Fully digitalize Speedometer, bahkan yang terakhir disebut baru diaplikasikan secara penuh oleh Ducati pada tahun 2003 pada produk flagship mereka, Superbike 999. Sementara pengguna FXR sudah bisa menikmatinya paling tidak sejak tahun 2000. Untuk performa tidak perlu ditanya, tenaga 21 hp dapat tersalur mulus ke roda belakang FXR.
Performa yang ditawarkan oleh FXR hampir semua dimiliki oleh Suzuki Satria 150 FU. Meski mesinya hanya menelurkan 16.8 hp tetapi bobot Satria 150 Fu yang hanya 95 kilogram - lebih ringan 23 kilogram dari FXR. Menjadikan Satria 150 FU bebek terkencang yang ada di pasaran, bahkan bisa dikatakan di dunia ! (baca ~ Penyebaran). Untuk masalah top speed jangan dirahukan. Satria 150 FU tidak mengalami kesulitan untuk melaju 145 km/j dan beberapa klaim mengatakan bebek ini mampu mencapai 190 km/j.
Faktor ekonomis dan pemasaran
Belajar dari pengalaman akan ketidak suksesan FXR di pasaran, Satria 150 FU dapat mengatasi dengan baik. Kegagalan FXR bertahan dipasaran sebetulnya hanya dipengaruhi tiga hal. Hampir sama dengan TZM, FXR lahir di saat trauma krisis moneter yang masih membekas di masyarakat. Yang kedua adalah pada awal tahun 2000 masyarakat masih terbiasa dengan istilah mesin sport ya mesin dua tak. Tak aneh, karena saat itu hampir semua motor beraroma sport bermesin dua tak, diantaranya mulai dari Ninja 150, Nsr 150, Suzuki RGR 150 dan bebek bebek 2 tak lainya semisal Satria 120 dan Yamaha F1ZR-H. Yang ketiga dan yang paling signifikan adalah kenyataan bahwa bagaimanapun juga motor bebek lebih laku. Karena image bebek dimasyarakat adalah motor yang hemat dan nyaman dipakai sehari hari, sedangkan motor sport dianggap boros dan tidak nyaman.
Tiga problem yang dihadapi tiga problem diatasi. Suzuki Satria 150 mampu menyelesaikan tiga tantangan sekaligus. Pertama Satria lahir disaat ekonomi mulai stabil sehingga daya beli masyarakat sudah kembali menguat. Kedua naiknya harga BBM serta isu akan dihapuskanya motor dua langkah dari pasaran membuat mau tidak mau masyarakat beralih kepada mesin empat langkah, termasuk juga motor sport empat langkah. Yang terakhir, karena memang faktanya motor bebek lebih laku , Suzuki Satria memanglah motor bebek jadi bukan masalah baginya untuk diterima masyarakat dan lagi tidak seperti FXR yang merupakan terobosan baru, Satria 150 FU adalah produk penerus dari Satria 120 yang sudah lama dikenal di masyarakat.
Terkencang di muka bumi
Bagi para pemilik Satria 150 FU bolehlah berbangga kalau tungganganya mendapat gelar - paling cepat di bumi. Tidak berlebihan bahwa Suzuki Satria 150 FU merupakan bebek paling kencang di muka bumi. Karena hingga saat ini memang belum ada motor bebek yang lebih kencang dari Satria 150 FU. Disamping itu, populasi motor bebek hanya tersebar di Asia, terutama Asia tenggara dan tidak terdapat di benua manapun. Meskipun kenyataan ini juga terpengaruh atas anggapan motor bebek dengan mesin di atas 100cc dianggap berbahaya untuk ukuran Eropa dan Amerika sehingga dilarang beredar !